Sunday 17 July 2016

Perjalanan Wisata Goa Leang Leang Maros

Bosan berlibur dengan tema pantai, pemandian alam, pemandian buatan seperti water boom atau bahkan nge-mall, maka salah satu pilihannya adalah wisata sejarah. Pegunungan karst di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan menyimpan sejumlah cerita masa lalu. Zaman beribu-ribu tahun yang lalu dimana manusia belum mengenal tulisan dan saat pegunungan tsb masih tergenang oleh air laut. 

Berawal dari niatan untuk mengajak keluarga berlibur ke taman wisata air terjun Bantimurung karena sudah cukup lama tidak berkunjung ke sana, gw akhirnya banting stir untuk singgah lebih dulu ke daerah Leang Leang (dan pada akhirnya tidak melanjutkan perjalanan ke Taman Wisata Bantimurung karena sudah kesorean), kebetulan bila dari arah kota Makassar kita akan melewati jalan masuk ke arah pegunungan ini. Sepintas perjalanan ini bakal kurang menarik tetapi akhirnya terobati juga dengan perjuangan menuju goa di atas tebing karst dan pemandangan bebatuan di atas tanah lapang hijau dengan aneka bentuknya yang menarik.

Lokasi Leang-Leang ini mudah ditemukan, bagi yang belum pernah kesana bisa menggunakan bantuan mbah google map. Dari jalan poros Maros - Soppeng kita akan berbelok menjauh sekitar 5,3 kilometer. Akses menuju ke lokasi akan melewati rumah-rumah penduduk dan pematang sawah, jangan khawatir jalannya sudah dicor beton dan cukup aman untuk dilewati namun sesekali perlu berhati-hati karena beberapa kali gw jumpai beberapa titik bagian bahu jalan digunakan untuk menjemur padi penduduk sehingga terjadi penyempitan jalan.

Biaya tiket masuk cukup terjangkau hanya Rp. 10.000,-  dan untuk naik ke atas goa kita bisa ditemani oleh petugas setempat karena lokasinya cukup tinggi  dan jauh dari pengawasan sehingga dikunci demi keamanan & keselamatan pengunjung. Pada masa ribuan tahun lalu daerah ini merupakan daerah yang tergenang oleh lautan. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya fosil kerang laut dan akibat adanya patahan lempeng sehingga menyisakan pegunungan karst ini. Pegunungan Karst yang sudah berumur ribuan tahun ini diakui sebagai kawasan karst terbesar kedua di dunia setelah Guangzhou di China seluas 43.750 hektar. 
 
Untuk mencapai mulut goa, kita harus menaiki tangga besi, cukup curam kemiringannya tapi cukup aman karena disediakan pegangan tangan dikedua sisinya. Namun untuk mencapai tangga menuju mulut goa masih perlu berjalan melewati jalan setapak yang sudah dibeton dan beberapa titik melewati jalanan sempit dicelah-celah batu besar. Perlu sedikit berhati-hati berjalan melewati lorong batunya karena kedua sisinya bisa menjadi tidak aman karena cukup tajam permukaannya...Oh ya rombongan gw ada orang yang sudah cukup sepuh lo, dialah ibu gw yang kini sudah menginjak usia 73 tahun. Alhamdulillah.. beliau masih semangat dan kuat untuk menempuh jalan menuju lokasi, mendaki dan masuk dalam lorong-lorong sempit goa...heeheee....
Foto di bawah lukisan tangan


Lukisan telapak tangan akan kita jumpai di mulut goa, ada pendapat yang mengatakan bahwa ini sebagai simbol penolak bala pada zaman itu dan penghuninya bermukim di labirin-labirin dalam goa. Dari informasi yang didapatkan dari petugas yang mendampingi, berdasarkan analisis penelitian dari instansi terkait dari dalam maupun luar negeri, lukisan tapak tangan tsb berumur kurang lebih 3980 tahun. Perlu berhati-hati untuk mencapai lokasi lukisan tangan ini karena pijakannya yang tidak rata dan perlu sedikit memanjat. Pastikan sepatu atau sendal yang digunakan aman, karena bila tergelincir maka bisa langsung terjun ke tebing yang curam. Setelah melewati lukisan telapak tangan maka kita akan masuk ke dalam goa, tidak cukup dalam untuk masuk ke dalamnya. Kita akan melewati beberapa rongga dalam goa tsb. 

Siap-siap jalan menurun dalam goa
Sekali lagi perlu berhati-hati karena jalanannya menyempit dan ada turunan yang cukup curam dan perlu dibantu pencahayaan dari senter.
Alhamdulillah ibu gw berhasil melewatinya walaupun harus ikutan main perosotan...heheee.... Tidak ada temuan lukisan lagi didalamnya. Ujung goa ini akan mengarah pada sebuah lubang buntu di atas tebing dengan pemandangan sisi lain pegunungan karst. Dari informasi petugasnya didalam goa ini ditemukan sampah dapur yang menandakan adanya aktifitas manusia pra sejarah di dalamnya. 

Selepas dari melihat-lihat goa, kita akan disuguhkan juga dengan pemandangan hamparan tanah luas hijau yang diatasnya tertancap batu-batu karang yang cukup kokoh dengan aneka bentuknya. Cukup menarik untuk melakukan pengambilan gambar disini bersama teman maupun kerabat.. atau bisa juga untuk dijadikan sebagai latar foto pre wedding anda. Rencana kami untuk melanjutkan perjalanan menuju taman wisata air terjun Bantimurung dibatalkan karena sudah terkuras waktu di lokasi ini. Oh ya sebelum meninggalkan lokasi ini, di bagian pintu masuk masih terdapat satu bangunan rumah panggung yang berisi beberapa peninggalan pra sejarah seperti aneka peralatan berburu seperti mata kapak yang terbuat dari batu serta beberapa penjelasan tertulis tentang situs pra sejarah lainnya di sekitar daerah Kabupaten Maros dan Pangkep. 

Artikel ini juga diperuntukkan untuk keluargaku tercinta...my love mother & sister...sebagai salah satu catatan perjalanan, untuk ibu...semoga wisata kali ini menyenangkan dan sebagai penyemangat baru di usiamu yang tidak muda dan kondisi tubuh yang tidak bugar lagi. Dari perjalanan ini, engkau telah menunjukkan bahwa wanita itu bukanlah makhluk yang lemah, tetapi penuh dengan inspirasi dan semangat. Semoga selalu diberikan panjang umur, kesehatan dan kebaikan dalam segala hal. Tetap sehat dan semangat dalam menemani anak-anakmu ini...terima kasih ibu...